2018 – panduan wisata ajib di belitung island (day 3)
Hari Sabtu, 5 Mei 2018, merupakan hari terakhir kami untuk berkeliling pulau Belitung. Kami berencana mengunjungi Belitung Timur, tempat memorabilia Laskar Pelangi berada. Jarak yang harus ditempuh sangat jauh, sehingga kami menyewa mobil tanpa sopir dan BBM untuk satu hari perjalanan. Harga sewa nya Rp300 ribu, dapat satu unit mobil Toyota Avanza, manual, dengan kondisi prima. Ough ya.. untuk membeli bensin di pulau Belitung ini, umumnya warga setempat membeli dari penjual bensin eceran di pinggir jalan, karena jumlah SPBU sangat terbatas dan antrian pembeli biasanya lumayan panjang. Daripada habis waktu mengantri, saran kami beli aja bensin di pengecer pinggir jalan yang banyak bertebaran di kanan-kiri jalan utama di Pulau Belitung. Selisih nya pun cukup Rp1.000 saja untuk setiap liternya. Dari kota Tanjung Pandan jam 10.00, setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam sampailah kami di Kecamatan Gantong, tempat museum kata Andre Hirata, dan Kampung Laskar Pelangi berada. Perjalanan ke Belitung Timur cukup lancar, melewati hutan, perkebunan lada dan kelapa sawit yang lumayan sepi dan jauh dari pemukiman penduduk. Jalan nya cukup mulus namun sebaiknya Anda berhati-hati karena banyak tikungan tajam dan tanjakan dijumpai di jalur ini. Setelah satu jam perjalanan berlalu, Anda akan menemukan warung Tahu Sumedang yang cukup mencolok di tengah hutan. Hanya ada satu warung ini yang melayani para penumpang bis, mobil sewaan dan mobil pribadi yang lewat. Berhentilah sebentar untuk sekedar beristirahat atau ada keperluan ke toilet. Membeli beberapa gorengan panas bisa jadi pilihan menarik untuk menemani sisa perjalanan Anda. Selain tahu sumedang, warung ini juga menjajakan bakwan jagung, pisang goreng, tahu isi goreng dan air minum dengan harga terjangkau. Perjalanan pun dilanjutkan, beberapa menit kemudian, kita akan sampai di pertigaan besar, belok kanan arah Gantong untuk menuju ke lokasi wisata memorabilia laskar pelangi.
Museum Kata Andrea Hirata, siang itu cukup ramai. Ada beberapa rombongan group tour baru datang dengan bus pariwisata. Harga satu tiket tanda masuk museum sebesar 50 ribu rupiah. Harga itu sudah termasuk sebuah buku karya Andrea Hirata yang bisa dibawa pulang sebagai buah tangan bagi setiap pengunjung. Musium Kata Andre Hirata merupakan museum literasi pertama di Indonesia. Banyak tulisan kata-kata penuh makna baik dari si pemilik museum maupun para tokoh terkenal dunia yang tertulis di lantai dan dinding ruangan. Tulisan-tulisan tersebut ternyata mampu menambah kesan cantik interior museum itu. Beberapa photo Andrea Hirata, para tokoh terkenal dunia dan poster film laskar pelangi pun terpampang di setiap sudut dinding ruangan, sehingga menambah kesan apik untuk background foto yang instagram able. Museum kata ini sedikit banyak akan membawa Anda ke ingatan saat menonton film layar lebar Laskar Pelangi yang nge-hits beberapa tahun lalu. Jadi, bagi Anda penggemar novel atau film Laskar Pelangi, jangan lupa berkunjung ke museum ini saat sedang berwisata di daerah Belitung Timur. Cukup banyak spot foto cantik tersebar di ruangan yang ada di museum ini. Di bagian belakang gedung museum literasi ini, ada satu ruangan yang dibiarkan dengan kondisi tetap sama dengan saat bangunan ini dibangun. Ya, ruangan itu adalah bagian dapur. Di dapur ini masih ada tungku kayu bakar untuk memasak nasi, air atau pun sayur dan masih tetap mempertahankan bentuk aslinya. Ada beberapa meja kursi kecil disiapkan bagi Anda yang ingin memesan kopi panas khas belitung milik warung Kupi Kuli dan pisang goreng yang nikmat. Tentunya akan jadi pilihan menarik setelah lelah berkeliling museum, menyeruput kopi panas dan mencicip pisang goreng sambil melepas lelah. Di ruangan ini, Anda juga bisa membeli beberapa souvenir seperti kaos, gantungan kunci, tempelan kulkas dan bubuk kopi kuli Belitung khas Museum Kata Andre Hirata.
Destinasi kami berikutnya adalah spot kampung Laskar Pelangi, di sini bisa dijumpai replika sekolah dasar Muhammadiyah Gantong, tempat para anggota Laskar Pelangi bersekolah. Tentunya bagi penikmat film dan novel Laskar Pelangi, bangunan sekolah ini tak akan asing lagi. Bangunan sekolah sederhana dengan dinding papan kayu bercat warna putih, berlantai tanah, dengan barisan meja kursi kayu tertata rapi di ruangan kelas. Saat memasuki ruangan dan duduk di kursi belajarnya, pasti Anda akan terbayang suasana belajar murid-murid kala itu yang tetap semangat walaupun fasilitas belajar mengajar terkesan sederhana. Lapangan sekolahnya pun hanya berupa tanah yang tentu saja berdebu saat musim kemarau. Untuk memasuki area replika sekolah dasar muhammadiyah inii setiap pengunjung dikenakan biaya tiket masuk sebesar 5 ribu rupiah. Di koridor sebelum pintu masuk, banyak warga setempat yang menjajakan makanan kecil dan minuman. Ada juga beberapa warga menjual biji lada khas belitung. Kami membeli biji lada ukuran seperempat kilogram seharga Rp40 ribu untuk dibawa pulang. Setelah puas berkeliling bangunan replika sekolah ini, kami menuju Dermaga Kirana tempat bangunan Conch berada. Lokasinya persis di seberang area replika sekolah dasar ini. Bangunan Conch ini, berupa bangunan terbuka berbentuk seperti rumah keong, yang sekeliling dinding nya dibalut dengan anyaman rotan. Ada beberapa tempat duduk dari ban bekas truck yang juga dianyam dengan rotan, enak sekali untuk diduduki pembaca semua. Berteduh dan duduk beristirahat di bangunan Conch ini sungguh sangat nyaman. Tidak terasa panas terik matahari siang itu, yang terasa hanya rasa sejuk terpaan tiupan angin. Harga tanda masuk ke area dermaga kirana dan bangunan Conch ini 5 ribu rupiah. Ada beberapa stand warung minuman dan makanan kecil di area ini, sehingga Anda bisa pesan sambil duduk santai menikmati view dermaga kirana yang persis berada di depan bangunan Conch ini.
Sebelum balik ke kota Tanjung Pandan, kami mampir ke kecamatan Manggar kota Belitung Timur untuk makan siang dan membeli oleh-oleh bubuk kopi khas Manggar. Bubuk kopi ini banyak dipakai sebagai bahan utama kedai kopi yang ada di beberapa daerah di Pulau Belitung ini. Namun sebelum berburu kopi manggar, perut ini sudah meronta untuk segera di isi, ternyata jam makan siang sudah tiba. Restoran Fega, di kecamatan Manggar menjadi tujuan kami berikutnya. Restoran yang cukup besar ini menjajakan menu seafood dan menu khas Belitung kepada para pembelinya. Selain menu makanan, resto ini juga memiliki view pemandangan danau air laut yang cukup menawan. Banyak pengunjung resto ini melakukan sesi foto-foto di dermaga pinggir danau atau pun di replika kemudi kapal dan ujung buritan kapal yang ada di salah satu sudut restoran yang cukup ramai ini. Entah kenapa waktu tunggu makanan datang lumayan lama, padahal banyak pengunjung yang sudah meninggalkan restoran ini. Sepertinya restoran ini menjadi destinasi group tour bila sedang berkunjung ke kota Belitung Timur. Jadi tidak ada salahnya Anda mampir ke sini, karena selain pengobat rasa lapar hilang, Anda pun bisa beristirahat sambil menikmati pemandangan indah sebelum balik ke kota Tanjung Pandan.
Di resto ini juga ada outlet kaos khas Belitung, namun saat kami beranjak pulang dan ingin mampir ke outlet kaos ini sudah tutup. Dalam perjalanan pulang, tak lupa berburu kopi khas Manggar-Belitung Timur buat buah tangan. Ada dua merk kopi bubuk yang dikenal di daerah ini yaitu merk “raja kopi” dan “sumber baru coffee”. Kedua toko penjual kopi bubuk ini berdekatan lokasinya dan berada dalam satu arah jalan. Namun, Anda harus ekstra hati-hati, karena keberadaan kedua toko ini cukup tersamar. Untuk toko Sumber Baru Coffe, toko nya berada di toko material bangunan dengan nama yang sama. Jadi yang dijajakan banyak bahan materialnya daripada kopi nya. Sedangkan untuk toko Raja Kopi, toko ini berbaur dengan toko kelontong. Biasanya, para penikmat kopi Manggar ini meneguk kopi tanpa disertai gula. Pingin tahu rasanya? Yes…pahit-pahit nikmat 😀 Sebagai catatan, di kota Tanjung Pandan, penggemar kopi dapat menikmati kopi khas daerah ini di kedai kopi Kong Djie Coffee Siburik yang sudah buka sejak tahun 1943. Lokasi kedai ini berada di Jalan Siburik, tidak jauh dari dermaga kapal pelabuhan Tanjung Pandan. Sobat senangjalan.com dapat mengikuti ulasan kami lebih lengkap terkait kopi khas Belitung di kedai kopi Kong Djie So..sobat, apakah sharing kami cukup memadai untuk membangkitkan gairah jalan-jalan ke pulau Belitung ini? Pastinya belum ya..tanpa menginjakkan kaki langsung ke sana. 🙂