Naganeupseong Folk Village, Jejak Wisata Alam dan Budaya di Korea Selatan
Dari Kota Pantai Busan, tujuan kami selanjutnya adalah Kota Suncheon. Dengan menaiki kereta wisata khas Korea bernama S-Train, kami berangkat dari Busan Train Station Jam 08.00 dan dijadwalkan sampai di Suncheon Station jam 10.00. Ketertarikan terbesar kami untuk berkunjung kota Suncheon (Suncheon-si) ini adalah keberadaan destinasi wisata top seperti Suncheon Open Film Set, Naganeupsong Fortress, Suncheon Bay Ecological Park dan Suncheon Bay National Garden. Suncheon adalah sebuah kota di Provinsi Jeolla Selatan yang berada dekat dengan Teluk Suncheon, dengan jumlah penduduk sekitar 250.000 jiwa. Kota ini terkenal dengan industri dan pertanian karena memiliki lahan subur dan sistem pengairan yang baik.
Moda transportasi yang tepat untuk berkunjung ke destinasi-destinasi wisata yang ada di Suncheon-si yaitu menggunakan Suncheon Bus City Tour yang beroperasi dari jam 10.00 s.d. 18.00. Bus ini biasanya mangkal tepat di depan Stasiun Kereta Suncheon (Suncheon Station).
Pada hari Sabtu rute bus city tour-nya dengan urutan sebagai berikut: Suncheon Station – Suncheon Open Film Set – Suncheon Bay National Garden – dan Suncheon Bay Ecological Park. Bila sobat senangjalan.com ingin menikmati semua destinasi wisata tersebut sebaiknya sebelum jam 10 pagi sudah stand by di halte keberangkatan sehingga dapat mengatur jadwal waktu kunjungan untuk setiap tempat wisata dengan optimal sesuai dengan time table kedatangan dan keberangkatan bus di setiap lokasi wisata-nya. 🙂 Pada saat naik bus, setiap penumpang akan dibagikan brosur informasi yang berisi itinerary rute bus dan time table jadwal keberangkatan dan kedatangan bus. Dan driver bus di Korea ini on time semua guys, jangan sampai Anda ketinggalan bus sehingga rencana yang telah tersusun rapi akan berantakan !! 😛
Suncheon Open Film Set
Bagi penggemar drama Korea jangan sampai melewatkan destinasi wisata ini. Karena beberapa film drama korea terkenal mengambil gambar setting di tempat ini. Suncheon Open Film Set ini terletak di Jorye-dong, Suncheon. Dari Suncheon Station cukup menempuh waktu perjalanan 15 menit-an untuk sampai di lokasi. Sebelum berkeliling ke satu per satu theme open film set yang ada di sini, Anda bisa memilih dan menyewa kostum sesuai dengan keinginan agar sesi foto-foto menjadi lebih berkesan dan menarik. Ada kostum tradisional korea, seragam sekolah dan beberapa kostum dengan tema lain yang disediakan. Untuk pengunjung dari luar negeri, paspor sobat dititipkan sebagai jaminan peminjaman baju untuk 3 jam pemakaian. Pengunjung bisa memilih, memakai dan berdandan dengan make up yang sudah disiapkan sebelumnya di dressing room sebelum beraksi di depan kamera berlatar setting film yang menjadi kegemaran masing-masing. Seru bukan 😀 Secara garis besar, Suncheon Open Film Set ini terbagi dalam tiga setting village yang masing-masing akan merepresentasikan era yang berbeda mulai dari 1950-an hingga 1970-an.
Dalam satu kompleks setting film terbuka ini memiliki hampir 200 rumah sehingga merupakan open set film terbesar di Korea Selatan. Jadi selain untuk melihat secara langsung tempat setting film-film Korea, dengan berkunjung ke lokasi ini, wisatawan akan diajak untuk melihat dan merasakan kembali kenangan masa lalu akan sejarah Korea. Dalam kompleks open film set ini, jalan-jalan Suncheon pada 1950-an telah direkonstruksi ulang secara apik dan sesuai aslinya, dengan menampilkan gedung teater besar, jeil brewery, dan stasiun pemadam kebakaran. Sedangkan untuk frame waktu setting film 60-an dan 70-an, wisatawan akan dibawa untuk melihat pemandangan sejarah kota Seoul, dengan daldongne (kota-kota pemukiman keluarga miskin di daerah-daerah tanjakan) dan suasana pusat-pusat perbelanjaan di pinggiran kota yang eksotis. Di salah satu sudut kompleks ini, pengunjung dapat duduk santai dan memesan buchimgae (gorengan khas Korea) dan dotorimuk di kedai tradisional terbuka khas Korea (kaki lima) sambil mencari dan menikmati rumah-rumah yang sering muncul di beberapa film drama paling populer di Korea.
Berjalan santai berkeliling kompleks open film set ini sambil hunting mencari spot-spot foto menarik merupakan salah satu aktivitas yang banyak dilakukan wisatawan. Banyak di antara pengunjung yang rela untuk mengenakan kostum dan ber-acting layaknya pemeran drama Korea (drakor) bila menemukan salah satu lokasi yang mereka yakini menjadi setting film drama yang mereka gemari. Tentu saja ini menjadi tontonan menarik bagi kami yang memang tidak begitu memahami dan mengikuti fenomena drakor yang telah mendunia saat ini. Ough ya, Suncheon Open Film Set ini buka sepanjang tahun, dari jam 09.00-18.00 (dengan waktu pembelian tiket masuk terakhir pada jam 17.00) dengan harga tiket masuk dibandrol sebesar 3000 won (dewasa), 2000 won (remaja), dan 1000 won (anak-anak). Dari beberapa papan pengumuman yang ada di kompleks Suncheon Open Film Set, sepertinya telah ada banyak drama seri, film bioskop atau reality show yang mengambil setting lokasi di tempat ini seperti: “East of Eden”, “Baking King, Kim Tak-ku” (Drama), Running Man (Variety Show), LOVE, LIES (2015), Wolf-Child (Movie), dan sebagainya.
Suncheon Bay National Garden
Taman Suncheon Bay dibangun pemerintah setempat untuk mentransformasi kawasan seluas 1.12 kilometer persegi yang semula berupa habitat alami menjadi kawasan konservasi, yang nanti nya akan menjadi tempat tumbuh kembang nya 505 spesies pohon dan 113 spesies bunga. Salah satu yang menjadi magnet penarik wisatawan adalah kebun bunga tulip, bunga azalea, ladang bunga canola seluas hampir 3 hektar yang saat bermekaran pada bulan Mei akan menghadirkan hamparan “gelombang” warna kuning yang indah. Kehadiran kebun bunga matahari juga akan menambah daya tarik saat berbunga sempurna pada musim panas. Perlu waktu extra lama dan tenaga yang cukup untuk bisa menjelajah suasana taman bunga yang luas dan elok ini. Ada banyak taman bertema negara tertentu bisa dijumpai di sini seperti Taman bertema Jepang, Turki, Jerman, Inggris dan Amerika yang masing-masing memiliki keunikan dari sisi jenis tanaman bunga yang ditanam dan landscape-nya.
Secara garis besar Suncheon Bay National Garden terbagi menjadi 4 zona besar yaitu:
Zona Arboretum yang berisi berbagai jalur seperti jalur Autumn Tint, jalur Maple Tree, dan jalur Meditasi. Di zona Arboretum ini wisatawan yang datang juga bisa menikmati Korean Traditional Garden yang berupa Royal Garden, Noblemen Garden, serta Garden of Hope. Selain itu. zona ini juga memiliki taman lain yang cukup memukau yaitu The Royal Azalea Garden yang memiliki koleksi tanaman-tanaman bunga azalea hampir seratus spesies yang banyak tumbuh di seluruh wilayah negara Korea. Zona Wetland Center, di zona ini pengunjung akan bisa menjumpai Dream Bridge hasil rancangan seniman Kang Ik-Jung. Bridge Wall yang dihiasi dengan 145.000 gambar pada media kontainer pengiriman lama hasil goresan kuas anak-anak dari seluruh penjuru dunia. Anda juga bisa menaiki SkyCube yang akan membawa Anda menuju Suncheon Bay Ecological Park. Suncheon Bay Wetland International Center yang merupakan salah satu bangunan utama Expo juga dibangun di zona ini dimana para pengunjung bisa menikmati pengalaman seru dan belajar mengenai pentingnya keberadaan dan kelestarian Suncheon Bay dengan berinteraksi langsung di wahana Water Bird’s Playground, Wildlife Conversation Park, dan ECOGEO Greenhouse.
Zona World Garden, merupakan konsep wisata taman yang dibangun dari hasil kolaborasi yang para desainer landscape dan seniman Korea dan seluruh dunia. Hasilnya dapat dinikmati pengunjung berupa taman indoor, outdoor, dan taman dari 11 negara termasuk Jerman, Belanda, Jepang, Turki dan Spanyol dan lain-lain. Zona Wetland, merupakan zona bagi pengunjung untuk menikmati secara langsung suasana lingkungan alam. Di sini dibangun pula Wetland Biotope sebagai pelindung ekologi lahan basah Suncheon Bay. Untuk membuat nyaman pengunjung, pihak mengelola menyiapkan walking trail yang akan memandu wisatawan untuk mengeksplorasi ekologi lahan basah pedalaman. Di zona ini disediakan pula kawasan bagi pengunjung di semua usia, di mana dapat diakses bagi mereka yang menggunakan kursi roda dan kereta bayi, namanya Kindness Forest. Jadi selain bisa menikmati bunga-bunga warna-warna cantik bermekaran, para pengunjung juga bisa belajar mengenai pengelolaan dan penting nya lahan basah untuk kelestarian alam Suncheon Bay.
Suncheon Bay Wetland Reserve
Suncheonman Bay Wetland Reserve merupakan ladang alang-alang yang luas yang tingginya melebihi tinggi orang dewasa. Kawasan ini merupakan koloni alang-alang terbesar di Korea. Ladang basah ini cocok untuk tumbuh kembang alang-alang dan tanaman starwort. Berdiri atau duduk santai di kawasan ini sambil mengamati ayunan alang-alang akan menjadi pemandangan secantik alunan ombak laut di pantai. Ladang alang-alang nan luas ini adalah rumah bagi banyak tanaman tumbuh subur dalam kondisi lahan basah, seperti buluh alang-alang dan starwort. Di antara lahan basah dunia, Suncheonman Bay sudah banyak dikenal luas untuk menarik banyak spesies burung langka. Burung-burung langka seperti bangau berkerudung, bangau putih, bangau putih, spoonbill berwajah hitam, Eurasian Oystercatcher, dapat ditemukan di sini. Di Suncheon Bay Wetland Reserve bisa dijumpai sekitar 140 jenis burung termasuk snipe, bebek liar, shelduck, dan angsa liar. Namun karena kami saat mengawali city tour bus ini sudah lumayan siang jadi tidak sempat masuk dan explore destinasi wisata ini. Takut ketinggalan bus terakhir yang akan datang pada jam 18.00 🙂
Naganeupseong Fortress (Folk Village)
Keesokan pagi nya, kami mengunjungi destinasi wisata terakhir di kota Suncheon sebelum bertolak ke kota Jeonju dengan kereta api. Destinasi itu adalah Naganeupseong Fortress (Folk Village). Kalau tidak salah, kami menumpang bus kota bernomor 17 di halte pemberhentian depan Suncheon Station. Perlu waktu satu jam untuk bisa sampai di halte pemberhentian depan Naganeupsong Fortress, jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Setelah membeli tiket kami masuk ke gerbang benteng dan mulai menyusuri satu demi satu kawasan perkampungan kuno yang tetap terjaga keasliannya. Komplek ini merupakan desa pertanian yang dikelilingi pagar benteng nan kokoh dan telah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu warisan dunia.
Desa yang berada di Provinsi Jeollanam-do ini memiliki luas hampir 6 hektar. Di Timur, Selatan dan Barat kastil, masih ada sekitar 100 keluarga yang menghuni desa ini dengan tetap mempertahankan cara hidup kuno mereka. Sobat dapat mengamati tempat hunian sehari-hari pribumi kuno yang jamak disebut Hanok bisanya terdiri dari area dapur, ruang tanah liat, dan beranda bergaya Korea. Ada juga 9 rumah yang ditunjuk sebagai warisan budaya yang penting, selain rumah-rumah tradisional jerami yang banyak berdiri di sini. Dalam komplek ini bila Anda berkeliling akan bisa melihat berbagai cara hidup sederhana dan kuno yang otentik dari warga yang tinggal di sini. Pengunjung bisa melihat cara bercocok tanam, mengolah hasil panen, sampai pada pembuatan atap dari batang padi yang masih banyak digunakan di sini. Selain melihat, Anda juga bebas dan gratis untuk mempraktekannya langsung 🙂 Di sini juga terdapat satu rumah yang khusus dipakai untuk mendeskripsikan cara dan langkah pemulasaraan jenazah sesuai dengan adat istiadat setempat. Saya sampai merinding melihatnya!!
Pengunjung juga bisa masuk ke areal penjara jaman dulu yang juga ada di kompleks ini. Ada beberapa alat peraga yang mendemonstrasikan cara-cara hukuman bagi pelanggar hukum dan seperti apa bentuk ruangan penjara jaman dulu. Salah satu yang menarik minat kami adalah keberadaan fasilitas peminjaman busana tradisional hanbok khusus bagi pengunjung yang datang berpasangan. Pakaian tradisional hanbok ini nantinya akan dipakai sebagai pakaian mempelai yang akan melangsungkan prosesi pernikahan. Di salah satu rumah yang menyediakan fasilitas ini, ada dua orang ibu paruh baya berpakaian tradisional hanbok yang akan membantu memakaikan hanbok dan menjelasakan tata cara pernikahan yang biasa dilakukan oleh pasangan warga setempat saat melangsungkan prosesi pernikahan. Lumayan, kami pun tertarik sekali untuk mencoba nya dan semua nya dapat diperoleh dengan gratis tanpa sepeser uang pun. Selain peminjaman hanbok di salah satu rumah lainnya juga melayani peminjaman gratis pakaian tradisional dari berbagai negara seperti Jepang, China dan Eropa.
Jangan sampai terlewat untuk menaiki tangga menuju dinding atas fortress, karena dari sini lah salah satu view terbaik bisa dinikmati dengan mata telanjang. Deretan rumah-rumah kuno hanok beratap glagah padi berderet rapi dengan dihiasi latar belakang perbukitan nan hijau menjadi sajian view yang benar-benar memanjakan mata. Sebenarnya di tengah kompleks ada sebuah restoran tradisional yang menyajikan menu-menu khas warga setempat yang otentik. Tapi berhubung waktu sudah menjelang sore, kami skip untuk mencicipi kuliner rekomendasi seorang staf pengelola setempat. Rupanya ibu staf pengelola yang fasih berbahasa inggris itu mencari-cari kami berempat untuk diberikan souvenir karena kami orang Indonesia yang baru-baru ini berkunjung ke sini. Alhamdulillah, kami terima hadiah tersebut dengan senang hati. 🙂 Kami pun bergegas untuk menuju ke halte pemberhentian bus kota yang akan membawa kami kembali ke pusat kota. Karena pada jam sore itu sesuai jadwal merupakan kedatangan bus kota menuju ke pusat kota yang terakhir, kalau ketinggalan bus bisa jadi kami harus naik taksi untuk mengejar jadwal keberangkatan kereta S Train yang akan membawa kami berpetualang ke tujuan berikutnya di kota Jeonju.
Pingin wisata kuliner negeri ginseng yang otentik ya ke Jeonju, click aja Perjalanan Keliling Korea Selatan : Jeonju