2014 – Amsterdam
Kota Amsterdam, kota terbesar di negara kincir angin, menjadi kota pertama di Eropa yang kami singgahi. Pengalaman pertama traveling ke Eropa sambil mengantar istri yang ada acara short course di kota London Inggris. Kami bertiga menunggu di Amsterdam, sementara istri terbang ke London selama 3 hari. Kami menggunakan maskapai Lufthansa rute Jakarta – Amsterdam PP. Selama penerbangan ini pesawat transit dua kali, di Kuala Lumpur Malaysia dan Frankfurt Jerman. Karena kami menggunakan visa schengen, maka proses imigrasi dilakukan di bandara Frankfurt Jerman. Kota ini merupakan kota pertama saat masuk ke kawasan uni Eropa. Proses imigrasi clearance berlangsung cepat, Kami sempat diminta petugas imigrasi menunjukan kartu kredit dan uang tunai yang kami bawa selama berlibur di Eropa. Tampaknya petugas imigrasinya tidak percaya dengan potongan kami yang memang sangat mirip orang desa…hahahahaha. Setelah kami menunjukan apa yang diminta dengan tanpa ekspresi petugas tersebut mengijinkan kami lewat. Jadi meskipun kami memegang visa schengen kedubes Belanda, dengan aturan schengen, proses imigrasi clearance akan dilakukan di negara anggota schengen pertama yang kita masuki.
Alhamdulilah proses imigrasi clearance berjalan lancar, kami segera menuju ke transit desk mengurus penerbangan lanjutan ke kota Amsterdam. 3 jam waktu jeda transit ini kami manfaatkan untuk jalan-jalan mengitari bandara Frankfurt yang lumayan besar. Menu sosis bakar ala Jerman dan kue pretzel menjadi menu sarapan kami saat itu. Semula kami kira dengan tampilan pretzel itu makanan bercita rasa yang manis. Hal itu diperkuat dengan tampilan coklat mengkilat mirip gemblong Bogor. Ternyata mirip penampakan belum tentu mirip pula rasanya. Rasa Pretzel itu asin saudara-saudara. Tanpa terasa waktu boarding pesawat pun tiba. Dalam satu jam perjalanan pesawat pun mendarat mulus di Bandara Schiphol Amsterdam. Tepukan para penumpang membahana sesaat setelah pesawat landing mulus di bandara. Bandara Schiphol merupakan salah satu bandara terbaik dan teramai di dunia. Kami pun antusias menikmati suasana bandara ini tanpa perlu lagi melakukan proses imigrasi clearance.
Urusan ambil koper selesai, kami pun segera mencari supermarket untuk membeli perbekalan selama kami menginap di hotel. Ada supermarket besar di Schiphol yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari termasuk masakan siap santap. Kami berjumpa dengan salah seorang wanita pramusaji yang kebetulan berasal dari Indonesia. Dengan ramah dia menunjukan mana saja makanan yang layak santap bagi keluarga muslim ini. Kami membeli nasi goreng dan sayap ayam goreng sebagai menu makan siang nanti. Semua makanan siap santap ini, harganya ditentukan sesuai dengan berat timbangan. Seperti kalau kita beli buah-buahan di supermarket Indonesia. Cukup masukan nama kode makanan lalu ditimbang, nanti mesin timbangan itu akan mencetak stiker label harga untuk ditempelkan di bungkus makanan. Setelah perbekalan lengkap, kami bergegas menuju pintu keluar bandara mencari halte bis shuttle hotel. Bis shuttle ini membawa kami ke Hotel Ibis Budget kawasan Schiphol Airport. Di halte bis shuttle ini ada papan informasi yang menunjukan nama masing-masing hotel, berikut estimasi waktu kedatangan bisnya. Waktu kedatangan bis shuttle berjeda 30 menit sampai dengan satu jam. Ough ya saat naik shuttle, kita dilarang makan dan minum. Pak sopir tidak segan akan menegur penumpang, bila aturan ini dilanggar. Selama di Amsterdam kami berencana mengunjungi Amsterdam Centraal, Volendam, Edam, dan desa kincir angin Zaanse Schans sebelum menuju kota Paris.
Amsterdam Centraal
Bila Anda turun di stasiun kereta api Amsterdam Centraal. Dan beranjak keluar melalui pintu gerbang utama. Anda akan disuguhi landmark kota yang didominasi bangunan-bangunan klasik khas Eropa. Dengan kanal-kanal sungai buatan yang menjadi ciri kota Amsterdam. Perahu-perahu mesin standby di pinggiran kanal untuk membawa para turis mengitari kota Amsterdam. Amsterdam memang kaya dengan kanal-kanal sungai buatan dan sepeda aneka bentuk berlalu lalang di sekitar kanal. Kanal dan sepeda jadi background berfoto wajib yang sayang untuk dilewatkan. Sepeda merupakan alat transportasi yang jamak dijumpai di kota ini. Tua muda dengan nyaman mengayuh sepeda kemana pun mereka pergi. Pemerintah kota setempat menyediakan jalur khusus buat sepeda di semua jalan yang ada di kota ini. Area parkir sepeda pun ada di setiap stasiun kereta, metro, tram dan pusat keramaian. Dengan melangkahkan kaki ke arah selatan selama lima belas menit, kita sampai di kawasan wisata Dam Square. Di sini, Anda bisa menyambangi Madame Tussaud Amsterdam, Koninklijk Paleis Amsterdam, dan National Monument.
Di alun-alun Dam Square, Anda bisa duduk santai sambil menikmati poffertjess khas belanda. Kue ini dijual pria paruh baya dengan warung tendanya. Menyeruput teh hangat sembari melihat lalu lalang orang di alun-alun ini, benar-benar pemandangan yang menakjubkan. Apabila Anda ingin berkeliling kota Amsterdam, gunakan moda transportasi tram. Tram hampir menjangkau setiap sudut kota. Dengan day pass ticket seharga 7 euro, Anda bebas baik tram mengelilingi kota Amsterdam dengan bebas. Tiket bisa di beli di pusat informasi tourist di depan stasiun kereta Amsterdam Centraal. Di pelataran depan stasiun ini merupakan pusat semua line atau jalur tram yang ada di kota ini. Jadi cukup memudahkan bagi Anda yang ingin menjelajah kota saat sedang transit atau turun di stasiun kereta api ini
Transportasi tram di kota ini menggunakan sistem loop sehingga akan berawal dan berakhir di tempat yang sama. Hal ini akan menguntungkan bila Anda ingin sightseeing mengelilingi kota ini. Naiklah di salah satu halte pemberhentian tram dan nanti Anda bisa turun di tempat yang sama. Kabin tramnya modern, stylist, bersih dan udaranya pun dingin. Kami sempat menggunakan tiket harian tram ‘daag cart’ untuk mengunjungi Anne Frank Statue, Prinsen Canal, I am Amsterdam Photo spot di depan Rijks Museum, Natura Artisan Magistra Zoo Kebun Binatang, Rembrandt Plein. Pada saat kami berkunjung ke Amsterdam, kebetulan sedang berlangsung perhelatan piala dunia 2014 di Brasil. Skuad sepakbola negeri Belanda menjadi salah satu kontestan yang lumayan moncer prestasinya. Warga kota Amsterdam sangat menggemari sepak bola, sehingga acara nonton bareng di tempat-tempat keramaian sangat jamak terlihat di setiap sudut kota.
Sepak bola merupakan salah satu olah raga populer di negeri kincir angin ini, acara nonton bareng saat team oranye bertanding seolah menjadi menu wajib dan selalu semarak di kafe, bar ataupun pusat keramaian lain. Suasana pun menjadi hingar bingar dengan yel yel dan teriakan bersemangat dari para penggila bola sambil menenggak bir dan mengudap makanan kecil . Setiap kafe berlomba untuk menarik pengunjung dengan berhias bendera dan atribut khas tim oranye plus TV layar datar atau pun tv projector yang memanjakan para penonton nya. Satu hari berlangsung begitu cepat karena kekaguman kami akan suasana antusias penggila bola kota Amsterdam dan bangunan-bangunan klasik yang masih terpelihara rapi hingga saat ini. Kami harus segera mengakhiri petualangan keliling kota Amsterdam hari ini meski masih banyak lokasi menarik yang belum berhasil dikunjungi. Untuk beristirahat dan bersiap keesokan hari nya menikmati suasana desa laut di Volendam dan Edam.