2015 – jogjakarta kota berjuta pesona
Beberapa kali datang ke kota Jogja, berkali lipat rasa rindu pengin balik ke sana. Lagu legendaris Jogjakarta yang ditembangkan Mas Katon Bagaskara selalu saja terlantun tanpa sengaja begitu akan memasuki kota budaya berjuta nuansa ini. Pulang ke kota mu… Ada setangkup haru dalam rindu…perlahan lahan sepenggal lirik lagu itu selaras mengimbangi helaan nafas pelan, damai dan tentrem… hmmm, speechless.
Berbagai batik khas Jogja dengan aneka motif dan harga tersedia di sini. Mulai dari bahan sampai batik jadi buat wanita, laki-laki, anak sampai dewasa dengan berbagai model tersedia di sini. Selain batik, aneka souvenir khas jogja juga ditawarkan di sini. Komplit dech pokoknya. Setelah lelah berkeliling, kami memutuskan untuk membeli sepasang bahan batik sarimbit bermotif Parang kusumo untuk nanti dijahitkan di tukang jahit langganan di rumah.
Dari batik Mirota, dengan menumpang bis trans jogja dari halte Malioboro, kami menuju hotel untuk berkemas dan check out.
Sebelum sampai hotel mampir sejenak di outlet kaos seberang istana Pakualaman. Dua buah kaos pun masuk tas tenteng buat di bawa pulang.
Salah seorang abdi dalem dengan ramah menyertai kami berkeliling kompleks istana Pakualaman. Dengan gamblang dan runtut Pak Gito, menceritakan sejarah dan berbagai informasi berkenaan dengan Puro Pakualaman. Kami tidak diperkenankan masuk ke pendopo karena hari itu sedang ada acara resmi yang akan dihelat di istana tersebut. Sesuai dengan status keistimewaan provinsi Jogjakarta, jabatan gubernur dan wakil gubernur dijabat secara turun temurun oleh Raja atau Sultan istana Jogjakarta dan penguasa istana Pakualaman.
Kunjungan singkat kami berakhir 30 menit kemudian. Setelah pamit dan berterima kasih kepada Pak Gito dan abdi dalem lain di gerbang masuk, kami bergegas menuju hotel Fave Kusumanegara tempat kami menginap. Ough ya sebagai tambahan informasi, di halaman depan istana Pakualaman ada gerobak penjual Rujak ice cream segar dan layak untuk dicoba. Rujak ice cream disajikan dalam mangkok berupa ice cream ditambah toping rujak serut buah di atasnya. Unik bukan.
Tak perlu kecewa dan patah semangat, kami pun berkeliling menikmati bangunan bangunan klasik seputar Taman Sari yang unik dan cakep buat berfoto dengan bermacam gaya. Setelah dari Taman Sari, langkah kaki kami menjejak Alun alun Kidul, sebuah lapangan di sisi selatan istana jogja biasa jadi tempat kumpul warga untuk sekedar melepas penat dan mencari hiburan. Sepeda hias dengan aneka lampu warna warni bisa disewa untuk berkeliling lapangan bersama anggota keluarga. Tak ketinggalan para pedagang kaki lima dengan gerobak menjajakan aneka makanan dan minuman bertebaran di sekeliling alun alun. Komplit memanjakan pengunjung. Biasanya makin malam akan makin ramai terutama pada hari libur nasional atau libur akhir pekan. Alun alun Kidul bisa jadi pilihan rekreasi murah meriah dan merakyat khas jogja untuk sobat senangjalan.com yang kebetulan sedang berlibur di Jogja.
Jam masih menunjukkan pukul 18.30, masih ada waktu untuk makan malam. Resto Marie Ann, resto china peranakan dengan menu masakan jawa asli menjadi pilihan. Es campur, lumpia, dll menjadi menu santapan malam itu. Tamu resto ini kebanyakan tamu mancanegara yang ingin merasakan masakan Jawa dengan cita rasa otentik. Melangkah menuju Studio Sinten, kami melewati Tugu Jogja yang iconik. Jadi pingin foto foto sejenak apalagi terlihat ada sekumpulan pemuda jogja memakai seragam khas pasukan kerajaan jogja plus senjata tombak nya. Bisa jadi foto menarik nih, pikirku. Cepret… Cepret…foto foto bersama pasukan Mataram an dengan background tugu jogja terekam sudah.
Sampai di studio Sinten masih ada satu pasang muda mudi sedang menjalani sesi pemotretan, sepertinya untuk pre-wedding. Petugas studio mengarahkan kami untuk memilih dan fitting kostum keluarga désa Jawa klasik baik warna dan ukuran yang pas dan sesuai selera. Tibalah saatnya sesi pemotretan. Berbagai adegan, dan gaya dengan setting background pedesaan masa lalu lancar kami perankan. Hasilnya pun memuaskan. Proses terakhir pemilihan foto yang akan dicetak dan disimpan file di compact disk. Hasil bisa diambil satu hati kemudian. Selesai sudah perjalanan hari ini saat nya kembali ke hotel untuk istirahat guna melanjutkan rencana traveling esok hari ke gunung Merapi dan TamaPelangi.
Ini bisa jadi tips bagi sobat senangjalan.com untuk menghindari peak session seperti hari lebaran, tahun baru, agar bisa menikmati perjalanan lava tour gunung Merapi dengan nyaman. Museum, sungai kuning, batu alien, dan bungker maut menjadi route kami hari itu. Sepanjang perjalanan mas Guide supir menceritakan beberapa kejadian dan informasi yang berhubungan dengan lokasi lokasi yang kami lewati. Perasaan sedih, haru dengan kejadian tragis yang pernah terjadi dan rasa kagum akan keindahan panorama gunung Merapi campur aduk menjadi satu. Begitu banyak kengerian bisa kita lihat dari museum akibat amukan awan panas letusan gunung Merapi. Mulai dari gelas, cangkir, tv, sepeda motor yang berubah bentuk sampai pada seekor sapi milik penduduk yang tinggal tulang belulang akibat terjangan awan panas berkecepatan tinggi.
Semangat warga sekitar yang berhasil bangkit kembali dan tetap beraktivitas seperti biasa setelah bencana letusan gunung Merapi menorehkan kekaguman tersendiri. Sepanjang perjalanan lava tour sering saya jumpai petani, peternak atau peladang yang bertebaran menjalankan aktivitas dengan semangat. Seakan mereka telah mampu bersahabat dengan gunung Merapi. Tanpa terasa jeep telah sampai di lokasi batu alien, sebuah batu besar dengan bentuk mirip kepala manusia. Dinamai alien karena batu itu ada dengan tiba-tiba, kemungkinan batu tersebut hasil muntahan letusan gunung Merapi. Allahu alam bishowab. Mas Guide mengarahkan gaya dan mengambil foto dengan berbagai angle yang menarik. Hasil nya pun lumayan out of the box Dan anti mainstream. Terima kasih mas guide. Perjalanan dilanjutkan menuju bungker pengaman, yang menurut informasi menelan korban petugas dan warga sekitar yang mencoba berlindung saat amuk letusan dan awan panas terjadi. Bungker tersebut tidak mampu melindungi orang-orang yang berlindung dari sengatan awan panas yang dinamai wedhus gembel ini yang bergerak sangat cepat. Suasana di dalam bunker yang gelap dan lembab menambah jadi mistis. Tak berlama-lama kami keluar dan menghampiri pedagang bunga edelweis, memilih beberapa tangkai buat cindera mata saat nanti pulang ke bogor.
Kami pun kembali ke pool sembari berharap bapak supir angkudes masih sabar menunggu untuk membawa kami turun. Saat perjalanan balik Jeep dilewatkan sebuah sungai kecil, dengan kecepatan tinggi, air sungai pun muncrat membasahi baju kami. Lagi Om, lagi Om, teriak anak anak ku menyemangati mas Guide. Senang rasanya melihat anak anak tertawa gembira menikmati tour kali ini.