2016 – Sejenak memanjakan mata dan rasa menikmati indah nya kota Paris
Pengalaman perjalanan ke beberapa kota Eropa Barat dan Timur pada musim panas tahun 2016 ini berawal dari penawaran tiket promo dari sebuah maskapai timur tengah Etihad Airways. Berangkat dari KLIA 1 Kuala Lumpur landing di Charles De Gaulle (CDG) Paris dan pulang dari El Baraja Airport Madrid mendarat di Bandara International Sukarno Hatta. Pesawat tiba di bandara CDG Paris, setelah sempat transit beberapa jam di Abu Dhabi. Kami pun menyusuri petunjuk jalan yang banyak bertebaran di bandara untuk menuju ke stasiun kereta bandara yang berada di dalam terminal airport. Tiket kereta bisa dibeli di loket atau pun di mesin-mesin tiket yang banyak tersedia di sekitar counter penjualan tiket. Sobat bisa menggunakan kartu kredit untuk pembayaran tiket saat membeli lewat mesin tiket. Nanti cukup tap tiket ini di pintu gerbang otomatis untuk menuju peron kereta yang akan membawa kita ke pusat kota Paris. Rupanya kereta yang kami tumpangi adalah jenis kereta suburban yang rute-nya melalui bandara CDG sebelum menuju pusat kota Paris. Empat puluh menit kemudian kami sampai dan turun di stasiun Les Halles Chatelet Metro, untuk selanjutnya transfer menggunakan moda transportasi metro line nomor satu warna kuning untuk check-in di Paris Bastille Hotel yang lokasi-nya tidak jauh dari tugu Bastille, hanya berjarak 100 meter dari stasiun metro Bastille.
Ini adalah kunjungan kedua kami di kota Paris setelah sebelumnya pada tahun 2014 sempat jalan-jalan dan menginap dua malam di kota romantis ini. Pada trip kali ini, ada beberapa destinasi wisata fenomenal yang akan dikunjungi seperti Pont de Arts, Louvre, Arch de Triomphe, Champ Elysees, Laduree Macaron, Eiffel Tower, Aligre Market, Sacre Coer, Montmartre Village, Moulin Rouge, Gallery Laffayete, Gedung Opera, Porte Maillot. Baiklah, setelah check-in dan menyimpan koper bawaan, kami pun mulai beranjak untuk menyusuri satu demi satu destinasi di atas dengan menggunakan moda transportasi metro yang memiliki jaringan yang cukup luas dan menjangkau hampir semua titik wisata di kota ini. Untuk satu trip menggunakan moda transportasi bus atau metro harga tiket per trip nya 1,9 Euro. Jadi, apabila dalam satu hari ada beberapa destinasi wisata yang akan didatangi akan lebih ekonomis membeli tiket terusan one day pass dengan nama tiket Paris Visite ( seharga 5,8 Euro) berlaku untuk zone 1, 2, 3 atau pun Mobilis berlaku untuk zone 1, 2 saja. Kedua tiket pass harian tersebut bisa dipakai untuk naik metro, bus, tram, train dan kereta RER di dalam kota Paris selama satu hari. Untuk lebih jelas-nya Anda bisa berkunjung ke link ini TIKET PASS PUBLIC TRANSPORT KOTA PARIS.
Pont des Arts menjadi tujuan pertama kami. Pont des Arts, sebuah jembatan yang membelah sungai Seine ini tenar karena dulu sering menjadi tempat untuk menggantungkan gembok cinta bagi wisatawan yang percaya pada mitos bahwa dengan memasang gembok di pagar besi di kanan atau pun kiri jembatan ini akan membuat hubungan cinta mereka langgeng. 🙂 Fenomena ini berawal saat sepasang turis menyatakan cinta di jembatan ini sembari memasang sebuah gembok di Pont des Arts dan membuang kunci nya ke Sungai Seine pada tahun 2008. Setelah 7 tahun berlalu, hampir satu juta gembok telah terpasang di pagar kanan-kiri jembatan ini dan menyumbang berat hampir 45 ton pada konstruksi jembatan ini. Saking banyaknya jumlah gembok yang terpasang, akhirnya pemerintah kota setempat memutuskan melepas semua gembok yang telah terpasang dan melarang wisatawan untuk menempelkan gembok di jembatan tersebut sejak tahun 2015. Banyaknya gembok terpasang turut mempengaruhi struktur kekuatan Pont des Arts ini, sehingga dikhawatirkan akan roboh. Saat ini, pagar kanan dan kiri-nya pun dipasang pagar padlock proof glass panel, sehimgga bersih dari tempelan gembok seperti sebelumnya. Jadi kalau sobat berkunjung ke Pont des Arts, sekarang sudah tidak bisa lagi melihat sejuta gembok terpasang di jembatan yang cantik ini. Untuk transportasi, bagi sobat yang ingin datang ke Pont des Arts, bisa menggunakan moda transportasi metro dan turun di stasiun metro Pont Neuf. Destinasi wisata selanjutnya adalah Arc de Triomphe Paris.
Arc de Triomphe Paris, menurut sejarah adalah monumen lengkung paling fenomenal di kota Paris yang dibangun antara tahun 1806 dan 1836. Banyak modifikasi telah dilakukan untuk mencerminkan perubahan politik dan perebutan kekuasaan, namun monumen lengkung ini tetap mempertahankan esensi konsep awal monumen ini dibangun. Arc de Triomphe tepat berada di pusat Place Charles de Gaulle, atau biasa dikenal juga sebagai “Place de l’Étoile”. Arc de Triomphe berlokasi persis di ujung barat Champs-Élysées. Arc de Triomphe ini merupakan monumen lengkungan kemenangan untuk menghormati mereka yang berjuang selama Perang Napoleon dan merupakan makam prajurit tak dikenal selama Perang Dunia I, sehingga menjadikan Arc de Triomphe Paris menjadi situs patriotik yang dihormati. Monumen ini pun telah menjadi salah satu landmark wajib yang harus dikunjungi wisatawan bila sedang berwisata ke Kota Paris. Berfoto atau sekedar duduk-duduk menikmati suasana sore sampai malam hari di sekitar monumen seolah menjadi ritual yang mengasyikan bagi pengunjung selain bersantai di Menara Eiffel tentu-nya. Lokasi-nya yang berada di jalan Champs-Elysees, suatu shopping street paling tersohor di kota Paris, akan semakin memudahkan bagi turis yang hobby belanja untuk berkunjung ke sini. Bisa sekalian cuci mata khan ? 😀 Untuk menuju ke Arc de Triomphe, sobat bisa menggunakan moda transportasi metro dan turun di stasiun George V atau Kleber, Argentine, Terner, dilanjutkan dengan berjalan kaki dengan mengikuti petunjuk jalan.
Kedai Macaron Laduree, kedai kue Ladurée mula-nya hanya sebuah ruang minum teh yang dimiliki keluarga Ladurée. Dan pada tahun 1862, oleh pemiliknya Louis Ernest Ladurée, ruang minum teh yang beralamat di 16 Rue Royale Paris ini dibuka menjadi sebuah toko roti. Untuk mempercantik desain interiornya, sang pemilik menggunakan jasa Jules Cheret, seorang pelukis dan seniman poster terkenal dari abad ke-20. Desain interior inilah yang tetap dipertahankan hingga sekarang dan menjadi pakem desain interior untuk kedai toko roti Ladurée yang dibuka di 75 Avenues Champs Elysees pada bulan September 1997. Kedai kue Ladurée inilah yang konon menjadi pioneer penyaji kue macaron di dunia, melalui tangan dingin Pierre Desfontaines yang meracik shell macaron dengan isian ganache yang lezat. Dan resep ini dipertahankan sampai dengan sekarang oleh kedai kue Laduree di seluruh dunia. Bila sobat penggemar macaron kue mungil, manis dan krispi dan sedang berjalan-jalan di kawasan Champs Elysees, mampir-lah di kedai kue Ladurée ini. Nikmati sensasi macaron dengan resep asli yang telah bertahan puluhan tahun. 🙂 Sensasi rasa manis mak nyess dari aneka isian yang berbeda-beda dipadu dengan shell bulat warna-warni yang mak kress dalam setiap gigitan, menjadikan kenikmatan dan keunikan cita rasa tersendiri. Sobat bisa membeli macaron secara satuan seharga 1 Euro atau pun beli paket dalam satu dus isi 6, 12 bahkan 18 macaron aneka rasa untuk buah tangan handai taulan di Indonesia. Kotak package-nya pun didesain sangat cantik. Sobat harus rela mengeluarkan kocek lebih bila ingin kue macaron yang sobat pesan dibungkus menggunakan kotak dus elegant ini. Dan tentu saja ini akan menjadi kado atau buah tangan istimewa bagi kerabat, teman dekat dan handai taulan di Indonesia nanti. Kedai Kue Laduree yang berada di kawasan Champs Elysees ini berada tepat di seberang pusat perbelanjaan Gallerie des Champs.
Night at Eiffel Tower, setelah puas makan malam dan menikmati suasana santai di kawasan Champs Elysees, kami pun beringsut menuju destinasi wisata selanjutnya yang tak kalah tenar, Eiffel Tower. Sebenarnya, pada kunjungan pertama tahun 2014, kami sudah pernah mendatangi tower yang menjadi salah satu penanda kota Paris ini. Namun, itu terjadi pada siang dan sore hari, dan kali ini kami berkesempatan untuk datang di malam hari. Eiffel tower tampak dihiasi warna warni lampu di malam hari dari kejauhan. Dari stasiun metro Kleber naik metro jalur hijau turun di La Motte Picquet Grenelle station, transfer ke jalur jingga dan turun di stasiun metro Ecole Militaire. Dari sini dilanjutkan dengan berjalan kaki santai untuk menuju ke Eiffel Tower. Dari halaman depan gedung Ecole Militaire sampai ke Taman Champs de Mars kita bisa menikmati pemandangan Eiffel Tower nan cantik secara menyeluruh dari kejauhan. Ough ya.. saat kami berkunjung pada musim panas tahun 2016 ini kebetulan negara Prancis sedang menjadi tuan rumah turnamen sepak bola Piala Eropa 2016. Dan pada malam itu kebetulan pas dengan acara nobar (nonton bareng) pertandingan perdelapan final antara kesebelasan Portugal melawan Polandia yang dihelat di Taman Champs de Mars. Banyak polisi dan tentara berjaga-jaga di sekitar lokasi nobar yang dihadiri oleh ribuan suporter kedua negara yang bertanding. Kami pun mengurungkan niat untuk memasuki kawasan gedung Ecole Militaire, dan hanya berjalan-jalan santai saja menyusuri Avenue Emile Deschanel sampai dengan Avenue Elisee Reclus untuk menyaksikan menara Eiffel dengan balutan sinar warna warni dari kejauhan. Saat kembali ke hotel tempat kami menginap, kebetulan pas bener dengan usai-nya pertandingan sepak bola, yang ternyata dimenangkan oleh negara Portugal dengan bintang lapangan hijau-nya Cristiano Ronaldo. Ribuan suporter tumpah ruah menggunakan atribut negara-nya masing-masing menuju stasiun metro terdekat. Ramai-nya suporter yang hendak menaiki kereta metro dan untuk mempercepat antrian serta faktor keamanan, pada malam itu kereta metro pun digratiskan. 🙂
Aligre Market, bila ada kesempatan, kami selalu meluangkan waktu untuk mendatangi pasar tradisional di setiap kota yang kami kunjungi. Di kota Paris, ada salah satu pasar tradisional tertua yang kebetulan lokasinya tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Namanya Aligre Market. Berlokasi di Arondisemen ke-12 Paris, awalnya merupakan daerah pinggiran Faubourg Saint-Antoine. Dimana “faubourg” merujuk pada arti pinggiran kota dan “Saint-Antoine” adalah nama sebuah biara yang terletak di kawasan itu. Pasar Aligre ini merupakan tempat jual beli makanan dan tempat di mana para pengrajin – pemahat, gilder, pemoles dan pembuat lemari – menjual barang dagangan mereka. Sebagian besar pedagang di pasar ini adalah generasi ketiga dan keempat imigran muslim Afrika Utara. Sehingga pasar ini merupakan perpaduan budaya Arab dan Prancis yang menjadi jiwa dan semangat urat nadi pasar Aligre ini. Di satu kawasan ini, selain ada Aligre Market yang terletak di lapangan terbuka, ada pula Marché Couvert Beauvau “pasar tertutup” yang dibangun pada 1779 dan merupakan salah satu yang tertua yang masih beroperasi di kota ini. Letaknya persis di ujung jalan Aligre Market. Di pasar tertutup ini, sobat bisa menjumpai kedai kuliner khas kota Paris yang permanen, tukang daging, toko anggur, rempah-rempah, kopi, bunga, daging sapi dan ayam pilihan ala tradisional warga Prancis. Jadi bila sobat berkunjung ke pasar tradisional ini, sobat akan mendapatkan empat hal sekaligus mulai dari 1) aneka ikan, cheese daging sapi, 2) aneka sayuran, buah-buahan, 3) aneka kuliner seperti roti dan kuliner khas paris lainnya, 4) pasar loak atau flea market yang menjual barang-barang antik, baju, buku dan sepatu bekas. Pasar buka mulai hari Selasa – Sabtu dari jam 08.00 – 13.30 dan 15.30 – 19.30, hari Minggu jam 08.30 – 13.30. Aligre Market berada di Rue d’Aligre, 12th Arrondissement yang bisa dijangkau dengan moda transportasi subway metro turun di stasiun Ledru-Rollin, dilanjutkan berjalan ke arah timur menyusuri jalan Rue du Faubourg Saint Antoine selama 10 menit, kemudian sobat akan sampai di daerah Arondisemen ke-12, disinilah jalan Rue d’Aligre tempat Aligre Market yang merupakan pasar makanan terbaik di kota Paris berada.
Montmartre Village Basilica Sacre Coer, Montmartre merupakan bukit besar yang terletak arondisemen ke-18 kota Paris. Bukit yang berketinggian 130 meter ini sekaligus menjadi nama distrik yang berada di bagian utara kota Paris. Montmartre Village ini juga merupakan kawasan yang tenar sebagai daerah seni, karena banyak seniman yang sangat terkenal pernah hidup atau menikmati minuman di salah satu kafe atau kabaret yang berada di Montmartre Village, seperti Picasso, Renoir, Van Gogh, dan Monet. Untuk ulasan lengkap pengalaman perjalanan menyusuri kawasan Montmarte Village ini bisa klik link Montmartre Village dan Basilica Sacre Coer
Moulin Rouge, dalam bahasa Perancis berarti “Red Mill” atau kincir merah merupakan kabaret di Paris yang mulai dibuka pada tahun 1889 oleh Charles Zidler dan Joseph Oller, pemilik Olympia Paris. Gedung kabaret yang ditandai dengan kincir angin warna merah di atapnya ini berada jalan Boulevard de Clichy di arondisemen ke-18 dekat Montmartre di distrik Pigalle. Lokasi ini bisa dijangkau dengan moda transportasi metro subway dengan stasiun métro terdekatnya adalah Blanche. Awalnya Moulin Rouge dikenal sebagai tempat munculnya genre tarian can-can modern yang menyajikan tarian erotis para wanita yang bekerja di tempat hiburan tersebut. Genre tarian hiburan ini kemudian berkembang dan menyebar menjadi bentuk hiburan kabaret yang populer di seluruh benua Eropa. Saat ini, Moulin Rouge masih eksis menjadi salah satu objek wisata yang menyajikan hiburan tari musikal bagi pengunjung dari seluruh dunia. Kami tidak masuk hanya berfoto di depannya saja…ha-ha-ha.. 😀 Ough ya.. saat berkunjung ke kota Paris, selain mencicipi kudapan kue mungil macaron dan eclair, ada satu lagi makanan yang patut sobat coba yaitu crepes. Makanan dari tepung berbentuk bulatan tipis dengan aneka taburan toping seperti coklat atau keju, ice cream aneka varian rasa dan smoke beef. Diameter crepes khas kota Paris ini ukuran diameter-nya lumayan besar dan ternyata cukup mengenyangkan. Enak dan pas untuk dicemil sambil jalan santai menikmati keindahan kota. 🙂 Crepes khas kota Paris ini tidak crunchy dan cenderung lembek, sangat berbeda dengan crepes yang banyak ditemui di Indonesia. Pas di depan gedung kabaret Moulin Rouge ini ada kedai kaki lima yang menjajakan crepes ala Paris ini. Penjual-nya pria paruh baya dengan tampilan cukup eksentrik dan rocker habis. Rambut panjang, berslayer penutup kepala plus alunan musik rock cadas selalu setia menemani selama dia menyiapkan sajian crepes bagi para pembeli-nya. Kami sempat mampir ke kedai tersebut untuk membeli 2 loyang crepes dan air mineral sebelum pergi meninggalkan Moulin Rouge menuju Gallery Lafayette untuk mencari eclair de Genie dan macaron Pierre Herme. Untuk menuju Moulin Rouge, sobat bisa menggunakan moda transportasi metro line no 2 warna biru turun di stasiun Blanche.
Boulevard Haussmann, merupakan salah satu kawasan pusat perbelanjaan terbesar yang ada di Kota Paris. Selain mall Galleries Lafayette, di kawasan Boulevard Haussmann ini juga berdiri megah gedung Opera House Palais Garnier, yang merupakan gedung pertunjukan opera terkemuka di kota mode ini. Ada banyak brand pakaian ternama membuka gerai di kawasan ini. Jadi jika sobat ingin shopping atau sekedar cuci mata untuk menikmati mode pakaian ter-update, main-lah ke daerah ini. Bukan butik pakaian yang menarik minat kami datang ke sini, hanya La Maison Le Gourmet-lah yang menjadi magnet terkuat yang mampu menyemangati langkah kaki untuk segera kemari. 😀 La Maison Le Gourmet yang berada di 35 Boulevard Haussmann ini tepat berada di seberang mall Gallery Lafayette. Pertokoan ini menarik, karena kita bisa menemukan banyak kue fine food dan culinary art khas kota Paris dengan pengolahan, penyajian dan cita rasa “gourmet” yang berkualitas tinggi yang dijual di satu tempat. Sobat bisa berwisata kuliner di sini dengan membeli satu per satu menu yang dijual di setiap gerai. Atau sekedar cuci mata melihat tampilan aneka kue mungil dengan warna dan tekstur yang menggoda. Mulai dari macaron Pierre Herme, Eclair de Genie, Egg Taart dan macam-macam jenis kuliner endes bisa ditemukan di sini. Aneka bahan masak dan perlengkapan dapur pun tersedia di pertokoan La Maison Le Gourmet. Bagi sobat fans kuliner, jangan lewatkan destinasi ini bila sedang ada di Paris ya! Manjakan lidah dan mata Anda. Bagi penggila fashion kawasan Boulevard Haussmann kota Paris ini adalah “surga”-nya. Puas jalan-jalan, kami pun kembali ke hotel untuk mengambil koper yang dititipkan di lobby hotel pagi tadi. Selanjutnya menuju ke terminal bis flixbus di Porte Maillot untuk menunggu bus malam “overnight bus” yang akan membawa kami ke kota Rotterdam. Bye bye Paris !!